Rumah Sehat Al-Fatih

Kamis, 17 Maret 2011

Cinta Matahari

Tak jemu ku pandangi wajah damai itu. Makhluk yang telah lahir tanpa noda, bagaikan kertas putih yang benar-benar bersih. Segala rasa berpadu menjadi sukacita penuh syukur. Kadang tak percaya bahwa ini benar telah terjadi, namun inilah bukti nyata kebesaran-Nya. Janin yang sembilan bulan ku kandung, telah lahir tepat di tanggal 13 februari 2011.


               Pagi itu aku menemani suamiku untuk berolah raga, walaupun aku hanya mampu berjalan kaki tapi kami sangat menikmati udara pagi yang begitu sejuk. Aku menunggu di salah satu bukit tempat latihan para raider, sementara suamiku berlari menuju lapangan udara untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. Tidak lama kemudian aku merasa ingin buang air kecil, segera ku hubungi suamiku untuk mengajaknya pulang.

               Dari kamar mandi aku segera menemui ibu karena ada bercak darah yang membuatku panik, padahal tanggal kelahiran yang diperkirakan bidan dan dokter kandunganku masih jauh. Suami dan ibuku segera membawaku ke bidan untuk diperiksa, ternyata aku sudah memasuki pembukaan dua dan persalinan dipastikan hari ini maksimal dalam waktu 18 jam kedepan. Bidan menawarkan untuk menunggu persalinan di ruang inap, namun karena aku masih belum merasakan kontraksi maka kami memutuskan untuk pulang dan akan segera kembali jika mulai terjadi kontraksi.

               Karena waktu persalinan yang diperkirakan bidan masih lama, suamiku meminta ijin untuk menghadiri pengajian mingguan. Menjelang dzuhur perutku mulai berkontraksi disertai rasa mulas yang semakin lama semakin terasa sakit, dengan membawa beberapa perlengkapan aku bergegas menuju bidan ditemani ibu, kakak, dan paman. Tidak lama kemudian suamiku tiba dari pengajiannya dengan membawa beberapa bungkus kurma untukku. Sambil menunggu persalinan suamiku terus membacakan ayat-ayat suci Al Quran, semakin lama kontraksi semakin panjang dan rasa mulas semakin hebat, bidan dan beberapa asistennya segera membawaku ke ruang tindakan.

              Inilah pergumulan yang sangat menegangkan, perjuangan yang dirasakan setiap ibu di dunia. Bukan hanya cerita atau kata-kata yang berlebihan, tapi inilah perjuangan hidup dan mati yang saat ini aku rasakan. Segala rasa, semua cerita, dan setiap memori yang terekam berpadu dalam kepasrahan hanya kepada-Nya Sang Penolong Yang Maha Berkehendak. Semakin erat ku genggam tangan suamiku, semakin keras ia membacakan ayat-ayat suci Al Quran. Saat itu aku hanya ingin Allah mengampuni segala dosa-dosaku, aku berfikir betapa dekat ajal itu saat ini, sementara dosa-dosaku begitu besar, aku ingin sekali meminta maaf kepada kedua orangtuaku terutama ibu yang begitu besar pengorbanannya. Dan akhirnya...
                Tangisan itu memecahkan ketegangan yang menyelimuti ruangan. Senyuman pun terurai dari wajah-wajah yang telah lama menanti lahirnya makhluk mungil yang suci. Sementara aku masih lemah diatas pembaringan, suamiku mengumandangkan adzan dan memberikan doa untuk putra pertama kami. Aku melihat ibuku yang setia menemaniku selama persalinan, aku benar-benar merasa bersalah kepadanya, banyak kesalahan yang telah aku perbuat mungkin sampai melukai hatinya, tapi ia tak pernah berhenti memberikan cinta dan kasih sayang kepada kami putra-putrinya. Seperti sebuah lagu.. “hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia..” itulah kasih ibu. Ibu kaulah matahariku. Kini aku tahu bagaimana perjuangan seorang ibu, walaupun baru menjadi seorang ibu tapi aku yakin bahwa menjadi ibu bukan hal yang mudah, bukan hal sepele karena ada tanggungjawab yang besar, tugas yang akan diperhitungkan di akhir nanti.

                Wajah damai itu kini berada dalam dekapanku, begitu hangat menentramkan . Seakan hilang segala sakit yang kurasa, saat matanya mulai terbuka terpancar jiwa yang fitrah. Tatapannya seakan bicara “Ummi..aku telah lahir dari rahimmu, Tuhan telah mengirimku untuk menjadi putramu. Maka bantu aku menjalani kehidupan di dunia ini agar berada di jalan-Nya, sehingga kita bisa berkumpul di surga nanti”. Tatapannya kian dalam sedalam harapanku agar bisa menjadi ibu yang baik untuk anakku, sedalam perasaan yang tak ada ujungnya, perasaan yang begitu hangat yang ingin selalu ku curahkan untuk anakku. Beginikah kasih sayang yang dirasakan seorang ibu? Kasih sayang yang membuatnya terjaga setiap malam, kasih sayang yang membuatnya rela tak berselimut demi anaknya, kasih sayang yang mebuatnya kuat dan mampu berkorban demi senyuman sang buah hati. Inilah cinta yang suci, kasih sayang yang tulus, kasih sayang yang selama ini telah kudapatkan dari seorang wanita yang kusebut ibu. Kini perasaan itu lahir dalam lubuk hatiku, cinta yang tak mengenal pamrih, cinta yang membuatku menangis saat melihat anakku merintih, cinta yang membuatku panik saat anakku cegukan, cinta yang membuatku sakit saat anakku merasakan sakit, yang membuatku terus berdoa agar rasa sakit itu aku saja yang merasakannya. Maha Besar Allah Yang telah menganugerahkan cinta yang begitu indah kepada makhluk-makhluknya yang indah, kepada para ibu, bidadari di dunia ini.


Sabda Nabi Muhammad SAW:
"اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ."
"Syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu."


Muawiyah bin Haidatal Qusyairi bertanya kepada Rasulullah SAW,”Ya Rasulullah siapakah orang yang paling patut aku berbuat baik?, Rasulullah SAW menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa?, Rasulullah menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab: ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab : bapamu,..”(Hadis Riwayat at-Tirmizi).

QS.Luqman 31:14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

                Wajah damai itu masih berada dalam dekapanku, kubisikkan harapan-harapan kepadanya. “Semoga kelak engkau menjadi hamba Allah yang taqwa, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berbakti kepada kedua orangtua, menjadi penerang dan penyejuk orang-orang disekitarmu, menyeru kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran, sehingga kita bisa berkumpul di surga-Nya nanti. Jadilah pembuka hidayah dan orang yang terpuji seperti namamu ‘Muhammad Irsyad Al Fatih’.
Ya Allah, terimakasih telah menjadikanku seorang ibu, sehingga aku bisa merasakan cinta-Mu yang Maha Indah. Terimakasih telah menganugerahkan kami seorang putra, bantu kami agar kami bisa menjaga dan mendidiknya menjadi hamba-Mu yang takwa. Bimbing hamba dalam menjaga amanah dari-Mu ini Ya allah sehingga hamba bisa memberikan pertanggungjawaban di penghisaban nanti, ammin.”

Minggu, 13 Maret 2011

Ukhuwah

Catatan untuk anakku
Ukhuwah
Rasulullah Saw. bersabda,
“مثل المؤمنين في توادِّهم وتراحُمِهم، كمثل الجسدِ الواحدِ، إذا اشتكى منه عضوٌ، تداعى له سائرُ الأعضاء بالسهر والحمى”
“Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Imam Muslim).


Muslim satu dengan muslim yang lain itu ibarat satu tubuh, itulah ukhuwah/persaudaraan
Anjuran ukhuwah menurut Islam :
1.      Lilahita’ala, didasari karena Allah semata
“Barang siapa bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke satu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” HR.Muslim
2.      Tidak saling menzhalimi
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya...” HR.Bukhori dari Abdullah bin Umar ra.
3.      Ibarat satu tubuh
4.      Merasakan lezatnya iman
“Barang siapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendamenklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” HR.Ahmad
5.      Mengenal baik sahabatnya
Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena itu mempererat rasa jalinan cinta.” HR.Tirmidzi

Kedudukan Ukhuwah dalam Islam
Ukhuwah Islamiah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya.
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“…Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali Imran: 103).

Ukhuwah adalah pemberian Allah.
فَ بَيْنَهُمْ وْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّلَ
“…Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka… (QS: Al-Anfal: 63)”
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
“…Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran: 103).

Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah juga kelembutan, cinta, dan kasih sayang. Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda,
“المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا”
“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam Bukhari).

Ukhuwah tak bisa dibeli dengan uang atau sekedar kata-kata. Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati. Dan ukhuwah merupakan karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang saleh. Rasulullah Saw. bersabda,
“المؤمن إلف مألوف، ولا خير فيمن لا يألف ولا يؤلف”
“Seorang mukmin itu hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi yang tidak hidup rukun dan harmonis.”
Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
إنما المؤمنون إخوة
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10).”
Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika kita melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman,
الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Zukhruf: 67).

Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Dari ukhuwah Islamiah lahir banyak keutamaan, pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
1. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka, tidak merasakannya. Rasulullah Saw. bersabda,
“ثلاثة من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا الله، وأن يكره أن يعود إلى الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يُقذف في النار”
“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Imam Bukhari).
2. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, dilindungi Arasy Al-Rahman. Di akhirat Allah berfirman,
“أين المُتحابُّون بجلالي، اليومُ أُظِلُّهم في ظلي يوم لا ظلَّ إلا ظِلي”
“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Imam Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda,
“إن رجلاً زار أخًا له في قرية أخرى، فأرصد الله تعالى على مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال: أريد أخًا لي في هذه القرية، قال: هل لك من نعمة تَرُبُّها عليه؟ قال: لا، غير أنني أحببته في الله تعالى، قال: فإني رسول الله إليك أخبرك بأن الله قد أحبَّك كما أحببْتَه فيه”
“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Imam Muslim).
3. Mereka adalah ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah Saw. bersabda,
“من عاد مريضًا، أو زار أخًا له في الله؛ ناداه منادٍ بأنْ طِبْتَ وطاب مَمْشاكَ، وتبوَّأتَ من الجنةِ مَنْزِلاً”
“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. Imam Al-Tirmizi).
Rasulullah Saw. bersabda,
“إن حول العرشِ مَنابِرَ من نورٍ، عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا شهداءَ، يَغبِطُهم النبيُّونَ والشهداءُ”. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال: “هم المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله” الحديث أخرجه الحافظ العراقي في تخريجه للإحياء وقال: رجاله ثقات (2/198) عن أبي هريرة رضي الله عنه.
“Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat).
4. Bersaudara karena Allah adalah amal mulia dan mendekatkan hamba dengan Allah.
وقد سُئل النبي صلى الله عليه وسلم عن أفضل الإيمان، فقال: “أن تحب لله وتبغض لله…”. قيل: وماذا يا رسول الله؟ فقال: “وأن تحب للناس ما تحب لنفسك، وتكره لهم ما تكره لنفسك”
Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda, “…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Imam Al-Munziri).
5. Diampunkan Dosa. Rasulullah Saw. bersabda,
“إذا التقى المسلمان فتصافحا، غابت ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة
“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditkhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if).

Syarat dan Hak Ukhuwah
1. Hendaknya bersaudara untuk mencari keridhaan Allah, bukan kepentingan atau berbagai tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah, mengokohkan internal umat Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi pemikiran dan militer yang menghujam agama dan akidah umat. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya…” (HR. Imam Bukhari).
2. Hendaknya saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan duka, senang atau tidak, mudah maupun susah. Rasul bersabda, “Muslim adalah saudara muslim, ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya… tidak boleh seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Imam Muslim).
3. Memenuhi hak umum dalam ukhuwah Islamiah. Rasul bersabda,
“حق المسلم على المسلم ست: إذا لقيه سلَّم عليه، وإذا عطس أن يشمِّته، وإذا مرض أن يعُوده، وإذا مات أن يشيعه، وإذا أقسم عليه أن يبرَّه، وإذا دعاك فأجِبْه”
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika berjumpa ia memberi salam, jika bersin ia mendoakannya, jika sakit ia menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti jenazahnya, jika bersumpah ia melaksanakannya.” (HR. Imam Muslim).

Contoh Penerapan Ukhuwah Islamiah
1. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, “Bersaudaralah karena Allah dua-dua.”
Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman.
Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, “Biarkanlah harta, rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar.” Maka Abdurrahman meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya, sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Allah berfirman, “Bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madiah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah pada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang diperlihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS: Al-Hasyr: 8-9).
2. Setelah perang Badar, kaum Muslimin menawan 70 orang musyrikin. Salah seorang dari kaum musyrik itu bernama Aziz, saudara kandungnya sahabat Rasul bernama Mus’ab bin Umair.
Ketika Mus’ab melihat saudara kandungnya, ia berkata pada saudaranya yang muslim, “Kuatkanlah ikatannya. Mintalah uang darinya sesukamu, karena ibunya memiliki banyak uang.” Dengan terkejut Aziz berkata, “Apakah seperti ini wasiatmu atas saudaramu?” Mus’ab berkata, “Kamu bukan saudaraku, akan tetapi dia (sambil menunjuk seorang Muslim).” Ini menunjukkan bahwa ukhuwah atas dasar agama lebih kuat dari hubungan darah.
3. Pernah seorang sahabat Rasulullah memberikan segelas air kepada salah satu teman-temannya yang sedang mengembala kambing. Temannya tersebut memberikan air kepada teman kedua. Yang kedua memberikan kepada yang ketiga. Begitulah seterusnya, hingga air tersebut kembali pada yang memberikan air pertama kali, setelah tujuh kali air itu berpindahan tangan.
4. Salah seorang sahabat Rasul bernama Masruq memiliki hutang yang banyak. Namun karena saudaranya bernama Khaitsamah juga berhutang, maka Masruq membayar hutang Khaitsamah tanpa sepengetahuannya. Sedangkan Khaitsamah, mengetahui saudaranya masruq memiliki hutang yang banyak, ia pun membayarnya tanpa sepengetahuannya Masruq.

Annakku, jalinlah ukhuwah dan rekatkanlah dengan iman dan taqwa. Semoga Allah Swt senantiasa meridhoi setiap langkah kita, ammin.


Sabtu, 12 Maret 2011

Jalan Menuju Mati

 


Kita tak lain adalah gugusan waktu, waktu yang telah dihitung dan terbatas, waktu ketika telah berlalu tak dapat diulang kembali, waktu dimana kita diberikan jatah nafas untuk kita hirup. Setiap kali bernafas, ketika itu pula jatah nafas kita berkurang sampai menuju batas akhirnya, sampai ruh meninggalkan jasad, meninggalkan semua yang dicintai tanpa ada harapan untuk kembali lagi.
62. Al Jumu'ah : 8. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

Sekencang apapun berlari, dimanapun bersembunyi, waktu itu akan datang juga. Waktu-waktu terakhir kita, waktu yang tak satupun makhluk dapat mengetahuinya. Waktu dimana kita akan sampai diujung pintu rumah kekal kita nanti. Saat itu tak ada lagi harapan untuk kembali mengulang waktu-waktu yang telah dilalui, sebanyak apapun permohonan yang kita pinta, goresan tinta kehidupan kita telah kering dan akan membawa ke rumah tempat kita tinggal yang abadi.
23. Al Mu’minuun : 99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)
Sejenak kita renungkan, sudah berapa lama kita hidup di muka bumi ini? Sudah berapa tahun yang kita lewati, sudah berapa banyak kita menghela nafas dan berapa kali jantung kita berdenyut memompa aliran darah keseluruh tubuh. Apa yang terukir dalam buku kehidupan kita di dunia, itulah mahar yang kita siapkan untuk memperoleh tempat tinggal di kehidupan akhirat kelak. Lalu apa yang telah kita ukir? Ingatlah bahwa waktu kita didunia ini dibatasi, sebagaimana jatah nafas yang kita hirup. Maka sudahkah kita mengisi waktu hidup kita ini dengan amalan-amalan terbaik kita? Atau kita telah lalai dan terbuai dengan kehidupan yang fana ini sehingga lupa akan kehidupan akhirat yang abadi.
Telah banyak perjalanan manusia yang bisa kita petik hikmah dalam kehidupannya. Ketika seorang manusia dengan segala kabajikan dan ketulusan jiwanya meninggal dunia, catatan kehidupannya telah mengukir kenangan dalam setiap hati sehingga namanya menjadi sejarah yang mewangikan jejak perjalanan hidupnya. Seperti seorang wanita yang namanya mengharum saat kepergiannya belum lama ini, jejak-jejak kehidupannya yang berarti bagi banyak orang membuatnya semakin indah untuk menjadi sejarah. Sehingga kepergiannya mengurai banyak air mata dan duka cita bagi masyarakat. Tak hanya kesedihan masyarakat di negara ini namun negara-negara didunia ini pun seolah tersentuh dengan catatan kehidupannya. Dialah seorang wanita, seorang istri, seorang diri yang menjadi mulia dalam batas akhir kehidupannya.
Begitupun sebaliknya, jangan sampai kita menjadi seseorang yang terhina di batas akhir kehidupan kita. Dimana tak ada satupun yang merasakan kehilangan saat kita tiada, karena kita tak sempat mengukir buku kehidupan kita dengan kemuliaan dan ketulusan. Atau bahkan kepergian kita malah menjadi harapan orang lain karena catatan kita penuh dengan keburukan. Naudzubilahimindalik… Maka sahabat, setelah merenungi waktu kita yang semakin menuju batas akhir ini bersujudlah memohon ampunan kepada-Nya, bersegeralah untuk menunaikan tugas-tugas kita yang telah lama kita lalaikan, bersegeralah menebar kebajikan untuk menjadi bekal kita pulang nanti.
Hidup ini adalah perjalanan menuju mati, kapan, dimana, dan bagaimana kita menemuinya tak ada yang mengetahuinya kecuali Sang Pemilik Waktu. Pernahkah kita renungkan, apa yang sedang dilakukan saat berada di batas akhir waktu kita? Adakah keinginan untuk menemui penghujung hidup dalam ketaatan dan kemuliaan, atau sebaliknya berakhir dalam kesesatan dan kehinaan? Akhir kisah orang-orang disekitar kita cukup menjadi hikmah bagaimana kematian bisa datang kapanpun dan dimanapun, jangan sampai ketika penghujung hidup itu tiba kita sedang terbuai dalam kesesatan, lalai, dan ingkar. Jadikanlah pelajaran ketika kita saksikan hidup orang-orang yang berakhir dalam keburukan tersebut, ketika menegak barang-barang haram, ketika berzina, ketika merampok, dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Semoga kita terhindar dari su’ul khatimah. Berdoalah agar kita bisa mengikuti hamba-hamba yang mengakhiri kehidupannya dalam ketaatan dan kemuliaan, dalam shalat, dalam sujud, dalam perjalanan mencari ilmu, dalam perjalanan mencari nafkah, dalam peperangan melawan kebiadaban, dalam perjalanan ibadah kita.
Ya Allah, jadikan umur terbaik hamba dipnghujungnya, jadikan amal terbaik hamba di penutupnya, jadikan hari-hari terbaik hamba saat bertemu dengan-Mu, ammin.
Hidup ini adalah perjalanan menuju mati, karena setiap yang hidup (bernyawa) akan menemuinya. Waktu kita tak lagi panjang, maka bersegeralah…

QS. Al Ankabuut 57. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
4. An Nissa : 78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Kamis, 10 Maret 2011

Solusi Kehidupan “Pertolongan Allah”

Catatan untuk anakku
Solusi Kehidupan “Pertolongan Allah”

Setiap hari, setiap saat, di dalam kehidupan ini setiap manusia akan menghadapi berbagai tantangan, ujian dan cobaan. Tidak sedikit diantara manusia yang mudah rapuh dan berputus asa. Hanya satu pegangan yang bisa menyelamatkan kita, yakni dengan berpegang pada tali Allah SWT. Berpegang teguh kepada agama Allah SWT,

Abdullah bin Abbas pernah bercerita. “Suatu hari aku berjalan di belakang Rasulullah SAW. Saat itu beliau bersabda, ”Nak, kuajarkan kepadamu beberapa kata: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya Dia akan senantiasa bersamamu. Bila kau minta, maka mintalah kepada Allah. Bila kau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua manusia bersatu untuk memberikan sebuah kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis untukmu. Jika semua manusia bersatu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan tinta telah kering”.
“Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah diwaktu lapang, niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan seiring dengan kesabaran, jalan keluar seiring dengan cobaan dan kemudahan seiring dengan kesulitan”.HR Imam Tirmidzi
Solusi menghadapi ujian kehidupan:
  1. Berhusnudzon kepada Allah SWT
  2. Niatkan segala sesuatunya hanya karena Allah SWT
  3. Hanya bergantung pada Allah SWT
Dalam hadis Rasulullah Saw. memberikan kunci-kunci bagaimana mendapatkan pertolongan Allah. Satu pesan utama hadis ini adalah “penghambaan” kepada Allah. Laa haula walaa quwwata illa billahil. Tiada daya maupun upaya selain atas kekuatan Allah. Saat kita menyadari kekerdilan diri di hadapan Allah, maka pertolongan Allah akan mendatangi kita. Bukankah kita makhluk lemah, sedangkan Allah Maha Menggenggam segalanya?

Imam Ibnu Atha’ilah berkata, “Buktikan dengan sungguh-sungguh sifat-sifat kekuranganmu, niscaya Allah akan membantumu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Akuilah kehinaanmu, niscaya Allah menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Akuilah kekuranganmu, niscaya Allah menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Akuilah kelemahanmu, niscaya Allah akan menolongmu dengan kekuatan-Nya.”

Anakku, “Saat kau bermunajat, kecilkanlah dirimu sekecil-kecilnya di hadapan Allah, dan besarkanlah Allah sebesar-besarnya semampu kau membesarkan-Nya. Niscaya rahmat dan pertolongan Allah akan mengalir kepadamu”.
Anakku, “sekali lagi, kekuatan terbesar yang kita miliki bukanlah kekuatan fisik, intelektual, kekuasaan ataupun harta kekayaan. Kekuatan terbesar kita adalah “pertolongan Allah”. Pertolongan Allah ini sangat dipengaruhi kualitas keyakinan kita kepada-Nya. Kualitas keyakinan biasanya akan melahirkan kekuatan ruhiyah. Kekuatan ruhiyah akan melahirkan akhlakul karimah, seperti kualitas sabar, syukur, ikhlas, tawadhu, iffah, zuhud, qanaah, dsb. Karena itu, kemuliaan akhlak tergantung dari sejauh mana kita mengenal Allah.


Rabu, 09 Maret 2011

Keadaan Terbaik

Keadaan Terbaik
Hari itu umi dan abi bermaksud mengunjungi nenek dan kakek di Ciparay, karena pekerjaan saat ini kami baru bisa mengunjungi mereka sebulan sekali. Sepanjang perjalanan kami berdiskusi tentang berbagai hal yang bisa kami ambil hikmahnya. Tentang kejadian-kejadian yang kami alami, hal-hal yang kami lihat sepanjang perjalanan, juga mimpi dan harapan. Kemudian abi menceritakan sebuah kisah ,
 “Ada seorang anak kecil di atas sebuah kapal,ia terus menerus menangis. Berkali-kali orang-orang di kapal tersebut berusaha membujuknya agar berhenti menangis. Namun semua upaya mereka tidak berhasil membuat anak tersebut berhenti menangis. Lalu seorang kakek yang sudah lama duduk di salah satu sudut kapal menghampiri anak kecil tersebut kemudian mengangkat tubuh sang anak dan melemparnya ke lautan. Orang-orang di dalam kapal itupun tersentak dan panik melihat anak kecil tersebut hampir tenggelam, merekapun segera menolong dan menaikannya kembali keatas kapal. Setelah kembali berada diatas kapal, sang anakpun tak lagi menangis.”
“Apa hikmah dari kisah tersebut?” abi melanjutkan.
 “Ternyata banyak orang seperti anak tersebut, ia tidak tahu bahwa keadaan yang terbaiknya adalah saat ia berada di atas kapal. Dan ia baru sadar setelah ia hampir tenggelam di lautan. Begitupun dengan kita, kita sering mengeluh dengan keadaan yang kita alami saat ini, kita sering lupa untuk mensyukuri apa yang kita miliki saat ini, kita lebih fokus kepada hal-hal yang belum kita miliki. Dan kita baru sadar bahwa itulah saat yang terbaik setelah kita kehilangan waktu dan hal-hal yang kita miliki. Kita sering sok tahu dengan berfikir bahwa kita pasti akan bahagia dengan begini atau begitu, bahagia dengan memiliki ini atau itu. Padahal kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan satu detik yang akan datang. Tapi kita tetap sombong dan memaksakan keinginan kita. Sehingga apa yang kita rasakan jauh dari rasa bahagia, malah seringkali penyesalan dan kekecewaan yang akhirnya kita peroleh. Allah lah Yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Pengasih dan Penyayang. Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hambanya. Jika kita sungguh-sungguh yakin , menyandarkan segala sesuatu kepada-Nya, sabar, dan ikhlas dalam berusaha maka kita akan mampu melihat sesuatu dengan jernih. Sehingga kita akan benar-benar merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena apa yang penting itu bukanlah apa yang kita peroleh, tapi bagaimana prosesnya, sikap, dan segala ikhtiar yang telah kita lakukan. Tidak ada usaha yang sia-sia disisi Allah, Allah Swt akan menilai dan memberikan ganjaran atas apa yang kita lakukan.”
Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjalan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” QS.Az  Zalzalah : 7-8.
Umi jadi malu, umi masih banyak mengeluh, umi masih sering lupa bersyukur. Padahal banyak sekali nikmat yang Allah Swt  limpahkan buat umi. Umi masih sangat sombong dengan memaksakan segala keinginan dan apa yang ingin umi miliki. Padahal itu semua tidak menjamin timbulnya kebahagiaan, walaupun bahagia tapi tidak berlangsung lama, itulah nafsu. Bila nafsu berkuasa maka ia akan menggiring kita pada kebahagiaan yang semu, menggiring kita pada penyesalan yang nyata, dan penderitaan yang abadi. Oleh karena itu kita harus bisa mengendalikan nafsu kita sehingga membawa kita kepada kebaikan, membawa kita kepada kebahagiaan yang sejati dan keridhoan-Nya.
Kunci dari semua itu adalah sabar dan syukur. Bersabar dan ikhlas dalam menjalani kesulitan yang dihadapi akan melahirkan kekuatan yang luar biasa. Karena dengan kesabaran dan keikhlasan tersebut kita menyandarkan segalanya  kepada Yang Maha Berkehendak, Maha Kuat, Maha Kuasa, Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Sehingga jiwa kita lebih tenang dan mampu menyikapi permasalahan tersebut dengan bijaksana.
Betapa menakjubkan akhlak seorang muslim, ketika ditimpa musibah ia bersabar, ketika diberikan nikmat ia bersyukur.”
Bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita akan melapangkan hati kita, menjauhkan kita dari rasa sulit yang menghimpit, menghilangkan sikap dengki dan iri terhadap makhluk. Karena rasa syukur akan menambah kedekatan kita dengan Sang Maha Pemberi, Maha Pengasih dan Penyayang, serta meluaskan rizki dan menambah nikmat-Nya.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah  nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pastiAzab-Ku sangat berat.” Qs.Ibrahim :7
Annakku, keadaan terbaik kita adalah saat ini (dalam iman dan ketaqwaan kepada Allah Swt). Karena apa yang terbaik menurut kita belum tentu menurut Allah Swt, begitupun sebaliknya. Apa yang menurut kita buruk bisa jadi akan memberikan kebaikan kepada kita pada masa yang akan datang. Karena hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui dan Maha kuasa terhadap makhluk-makhluk-Nya. Maka tetaplah dalam keimanan, berpegang hanya kepada-Nya dengan hanya mengharap keridhoann-Nya. Jalani kehidupan ini dengan sabar, ikhlas, dan rasa syukur. Semoga Allah Swt senantiasa memberkahi hidup kita, ammin.

Catatan Untuk Anakku


Anakku, ada kekhawatiran yang hinggap di hati ini. Umi bukan manusia yang sempurna, umi pun masih belajar menjadi manusia yang baik dan bijaksana. Namun umi ingin engkau kelak bisa menjadi manusia yang baik, hamba Allah yang beriman dan taqwa. Cukup Allah tujuan kita, cukup hanya keridhoan-Nya. Seperti nasehat Abi, “Apapun pandangan manusia yang penting Allah ridho”. Betul sayang! Apapun yang kita lakukan niatkanlah dalam hatimu hanya untuk meraih ridho-Nya, karena sebesar apapun, sebanyak apapun, sekuasa apapun dirimu bila Allah tidak ridho maka apa yang kamu miliki itu tidaklah akan berguna. Tapi bila Allah ridho, walaupun kecil atau sedikit maka akan membawa banyak manfaat dan berkah bagi kita. Kekhawatiran umi bukanlah karena takut kehilangan dunia ini. Umi khawatir tak sempat mengenalkan atau mengajarkanmu agama yang sempurna ini. Umi tidak tahu apa yang akan terjadi kelak, berapa lagi jatah usia umi, berapa banyak nafas lagi yang berhembus dari dada ini.
                   Ingatlah sayang, bahwa kehidupan sebenarnya bukanlah didunia ini tapi akhirat nanti lah kehidupan yang abadi. Dunia ini adalah ladang kita untuk memperoleh tempat yang terbaik yang kita harapkan di akhirat nanti, maka janganlah tergoda dengan kesenangan sesaat, jangan sampai terjebak dalam dosa yang tampak indah dimata, jangan sampai terbuai dalam kemaksiatan yang tampak sepele. Waspadalah!! Karena satu kemaksiatan akan menarik kita kepada kemaksiatan-kemaksiatan yang lain sehingga akan semakin menambah lumbung dosa kita. Naudzubillah... Namun bila langkahmu tersandung dalam perbuatan salah segeralah berpegang kepada-Nya, segeralah beristigfar, segeralah bertobat dan bangkitlah untuk menghisab diri, bermuhasabah dan memperbaiki langkah-langkahmu agar tak terjatuh. Waspadalah! Karena di hari nanti kita akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita sendiri, begitupun umi dengan segala tanggungjawab termasuk amanah sebagai seorang ibu.

QS.Lukman 31: 33. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah 

                   Anakku, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sering berkeluh kesah, kikir, bahkan sering berputus asa kalau sedang diuji dengan kesedihan, kepahitan, dan kesulitan. Namun suka sombong kalau diuji dengan kebahagiaan. Maka waspadalah dengan sikapmu dalam menghadapi kehidupan ini.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berputus asa dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir.” QS.Al Maarij :19-22
Rumus untuk mengobati sifat buruk ini adalah dengan mendekatkan diri kepada  Allah Swt agar kita disa bersyukur dan bersabar.  Seperti yang tersirat dalam firman Allah Swt:
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” Qs.Al Maarij :22-23
Nabi Saw Bersabda, “Sungguh menakjubkan perilaku orang yang beriman, apapun yang menimpanya akan menjadi kebaikan. Kalau ditimpa kesusahan ia bersabar, dan kalau ditimpa kebahagiaan ia bersyukur.”
                   Anakku, jalan kehidupan ini memang tidak selalu mulus. Ada lembah, bukit-bukit terjal, lautan luas, dan jalanan yang berliku yang harus siap kita hadapi. Namun jangan pernah takut ataupun gentar dengan tantangan dunia ini, selama kau masih memiliki iman dan taqwa serta selalu berpegang kepada tali Allah Swt, yakinlah “Innallaha ma ana”. Allah selalu bersama kita, Allah akan senantiasa menolong hamba-hambaNya. Apapun cara dan bentuknya, pertolongan Allah itu nyata, walaupun sering tidak kita sadari. Maka jadikanlah hidupmu semata-mata hanya untuk mendapatkan cinta-Nya.
“Bila Allah telah mencintai seorang hamba, maka matanya adalah pandangan-Nya, kakinya adalah langkah-Nya, mulutnya adalah lisan-Nya...”
                   Harapkanlah selalu cinta-Nya karena dengan mencintai-Nya takan sia-sia. Hanya cinta-Nya yang tak pernah habis, mencintai-Nya tak akan kecewa karena tak pernah bertepuk sebelah tangan. Cintailah dengan ketaatan yang sempurna ...
                   Anakku, Umi ingin engkau kelak menjadi  manusia yang baik, hamba Allah yang beriman dan taqwa seperti yang umi harap sebelum kelahiranmu. Jadilah penerang, penyejuk mata dan hati orang-orang disekitarmu, beramar ma’ruf nahi munkar. Waspadalah terhadap dunia dan perhiasannya, jangan sampai terbuai dan terjerat dalam perangkapnya. Berpegang hanya kepada-Nya, cukup hanya Allah tujuan kita. Semoga engkau menjadi anak yang sholeh, dan kita berkumpul dalam surga-Nya nanti, Ammin.