Pagi itu aku menemani suamiku untuk berolah raga, walaupun aku hanya mampu berjalan kaki tapi kami sangat menikmati udara pagi yang begitu sejuk. Aku menunggu di salah satu bukit tempat latihan para raider, sementara suamiku berlari menuju lapangan udara untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. Tidak lama kemudian aku merasa ingin buang air kecil, segera ku hubungi suamiku untuk mengajaknya pulang.
Dari kamar mandi aku segera menemui ibu karena ada bercak darah yang membuatku panik, padahal tanggal kelahiran yang diperkirakan bidan dan dokter kandunganku masih jauh. Suami dan ibuku segera membawaku ke bidan untuk diperiksa, ternyata aku sudah memasuki pembukaan dua dan persalinan dipastikan hari ini maksimal dalam waktu 18 jam kedepan. Bidan menawarkan untuk menunggu persalinan di ruang inap, namun karena aku masih belum merasakan kontraksi maka kami memutuskan untuk pulang dan akan segera kembali jika mulai terjadi kontraksi.
Karena waktu persalinan yang diperkirakan bidan masih lama, suamiku meminta ijin untuk menghadiri pengajian mingguan. Menjelang dzuhur perutku mulai berkontraksi disertai rasa mulas yang semakin lama semakin terasa sakit, dengan membawa beberapa perlengkapan aku bergegas menuju bidan ditemani ibu, kakak, dan paman. Tidak lama kemudian suamiku tiba dari pengajiannya dengan membawa beberapa bungkus kurma untukku. Sambil menunggu persalinan suamiku terus membacakan ayat-ayat suci Al Quran, semakin lama kontraksi semakin panjang dan rasa mulas semakin hebat, bidan dan beberapa asistennya segera membawaku ke ruang tindakan.
Inilah pergumulan yang sangat menegangkan, perjuangan yang dirasakan setiap ibu di dunia. Bukan hanya cerita atau kata-kata yang berlebihan, tapi inilah perjuangan hidup dan mati yang saat ini aku rasakan. Segala rasa, semua cerita, dan setiap memori yang terekam berpadu dalam kepasrahan hanya kepada-Nya Sang Penolong Yang Maha Berkehendak. Semakin erat ku genggam tangan suamiku, semakin keras ia membacakan ayat-ayat suci Al Quran. Saat itu aku hanya ingin Allah mengampuni segala dosa-dosaku, aku berfikir betapa dekat ajal itu saat ini, sementara dosa-dosaku begitu besar, aku ingin sekali meminta maaf kepada kedua orangtuaku terutama ibu yang begitu besar pengorbanannya. Dan akhirnya...
Tangisan itu memecahkan ketegangan yang menyelimuti ruangan. Senyuman pun terurai dari wajah-wajah yang telah lama menanti lahirnya makhluk mungil yang suci. Sementara aku masih lemah diatas pembaringan, suamiku mengumandangkan adzan dan memberikan doa untuk putra pertama kami. Aku melihat ibuku yang setia menemaniku selama persalinan, aku benar-benar merasa bersalah kepadanya, banyak kesalahan yang telah aku perbuat mungkin sampai melukai hatinya, tapi ia tak pernah berhenti memberikan cinta dan kasih sayang kepada kami putra-putrinya. Seperti sebuah lagu.. “hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia..” itulah kasih ibu. Ibu kaulah matahariku. Kini aku tahu bagaimana perjuangan seorang ibu, walaupun baru menjadi seorang ibu tapi aku yakin bahwa menjadi ibu bukan hal yang mudah, bukan hal sepele karena ada tanggungjawab yang besar, tugas yang akan diperhitungkan di akhir nanti.
Wajah damai itu kini berada dalam dekapanku, begitu hangat menentramkan . Seakan hilang segala sakit yang kurasa, saat matanya mulai terbuka terpancar jiwa yang fitrah. Tatapannya seakan bicara “Ummi..aku telah lahir dari rahimmu, Tuhan telah mengirimku untuk menjadi putramu. Maka bantu aku menjalani kehidupan di dunia ini agar berada di jalan-Nya, sehingga kita bisa berkumpul di surga nanti”. Tatapannya kian dalam sedalam harapanku agar bisa menjadi ibu yang baik untuk anakku, sedalam perasaan yang tak ada ujungnya, perasaan yang begitu hangat yang ingin selalu ku curahkan untuk anakku. Beginikah kasih sayang yang dirasakan seorang ibu? Kasih sayang yang membuatnya terjaga setiap malam, kasih sayang yang membuatnya rela tak berselimut demi anaknya, kasih sayang yang mebuatnya kuat dan mampu berkorban demi senyuman sang buah hati. Inilah cinta yang suci, kasih sayang yang tulus, kasih sayang yang selama ini telah kudapatkan dari seorang wanita yang kusebut ibu. Kini perasaan itu lahir dalam lubuk hatiku, cinta yang tak mengenal pamrih, cinta yang membuatku menangis saat melihat anakku merintih, cinta yang membuatku panik saat anakku cegukan, cinta yang membuatku sakit saat anakku merasakan sakit, yang membuatku terus berdoa agar rasa sakit itu aku saja yang merasakannya. Maha Besar Allah Yang telah menganugerahkan cinta yang begitu indah kepada makhluk-makhluknya yang indah, kepada para ibu, bidadari di dunia ini.
Sabda Nabi Muhammad SAW:
"اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ."
"Syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu."
Muawiyah bin Haidatal Qusyairi bertanya kepada Rasulullah SAW,”Ya Rasulullah siapakah orang yang paling patut aku berbuat baik?, Rasulullah SAW menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa?, Rasulullah menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab: ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab : bapamu,..”(Hadis Riwayat at-Tirmizi).
QS.Luqman 31:14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Wajah damai itu masih berada dalam dekapanku, kubisikkan harapan-harapan kepadanya. “Semoga kelak engkau menjadi hamba Allah yang taqwa, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berbakti kepada kedua orangtua, menjadi penerang dan penyejuk orang-orang disekitarmu, menyeru kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran, sehingga kita bisa berkumpul di surga-Nya nanti. Jadilah pembuka hidayah dan orang yang terpuji seperti namamu ‘Muhammad Irsyad Al Fatih’.
Ya Allah, terimakasih telah menjadikanku seorang ibu, sehingga aku bisa merasakan cinta-Mu yang Maha Indah. Terimakasih telah menganugerahkan kami seorang putra, bantu kami agar kami bisa menjaga dan mendidiknya menjadi hamba-Mu yang takwa. Bimbing hamba dalam menjaga amanah dari-Mu ini Ya allah sehingga hamba bisa memberikan pertanggungjawaban di penghisaban nanti, ammin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar