Rumah Sehat Al-Fatih

Sabtu, 12 Maret 2011

Jalan Menuju Mati

 


Kita tak lain adalah gugusan waktu, waktu yang telah dihitung dan terbatas, waktu ketika telah berlalu tak dapat diulang kembali, waktu dimana kita diberikan jatah nafas untuk kita hirup. Setiap kali bernafas, ketika itu pula jatah nafas kita berkurang sampai menuju batas akhirnya, sampai ruh meninggalkan jasad, meninggalkan semua yang dicintai tanpa ada harapan untuk kembali lagi.
62. Al Jumu'ah : 8. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

Sekencang apapun berlari, dimanapun bersembunyi, waktu itu akan datang juga. Waktu-waktu terakhir kita, waktu yang tak satupun makhluk dapat mengetahuinya. Waktu dimana kita akan sampai diujung pintu rumah kekal kita nanti. Saat itu tak ada lagi harapan untuk kembali mengulang waktu-waktu yang telah dilalui, sebanyak apapun permohonan yang kita pinta, goresan tinta kehidupan kita telah kering dan akan membawa ke rumah tempat kita tinggal yang abadi.
23. Al Mu’minuun : 99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)
Sejenak kita renungkan, sudah berapa lama kita hidup di muka bumi ini? Sudah berapa tahun yang kita lewati, sudah berapa banyak kita menghela nafas dan berapa kali jantung kita berdenyut memompa aliran darah keseluruh tubuh. Apa yang terukir dalam buku kehidupan kita di dunia, itulah mahar yang kita siapkan untuk memperoleh tempat tinggal di kehidupan akhirat kelak. Lalu apa yang telah kita ukir? Ingatlah bahwa waktu kita didunia ini dibatasi, sebagaimana jatah nafas yang kita hirup. Maka sudahkah kita mengisi waktu hidup kita ini dengan amalan-amalan terbaik kita? Atau kita telah lalai dan terbuai dengan kehidupan yang fana ini sehingga lupa akan kehidupan akhirat yang abadi.
Telah banyak perjalanan manusia yang bisa kita petik hikmah dalam kehidupannya. Ketika seorang manusia dengan segala kabajikan dan ketulusan jiwanya meninggal dunia, catatan kehidupannya telah mengukir kenangan dalam setiap hati sehingga namanya menjadi sejarah yang mewangikan jejak perjalanan hidupnya. Seperti seorang wanita yang namanya mengharum saat kepergiannya belum lama ini, jejak-jejak kehidupannya yang berarti bagi banyak orang membuatnya semakin indah untuk menjadi sejarah. Sehingga kepergiannya mengurai banyak air mata dan duka cita bagi masyarakat. Tak hanya kesedihan masyarakat di negara ini namun negara-negara didunia ini pun seolah tersentuh dengan catatan kehidupannya. Dialah seorang wanita, seorang istri, seorang diri yang menjadi mulia dalam batas akhir kehidupannya.
Begitupun sebaliknya, jangan sampai kita menjadi seseorang yang terhina di batas akhir kehidupan kita. Dimana tak ada satupun yang merasakan kehilangan saat kita tiada, karena kita tak sempat mengukir buku kehidupan kita dengan kemuliaan dan ketulusan. Atau bahkan kepergian kita malah menjadi harapan orang lain karena catatan kita penuh dengan keburukan. Naudzubilahimindalik… Maka sahabat, setelah merenungi waktu kita yang semakin menuju batas akhir ini bersujudlah memohon ampunan kepada-Nya, bersegeralah untuk menunaikan tugas-tugas kita yang telah lama kita lalaikan, bersegeralah menebar kebajikan untuk menjadi bekal kita pulang nanti.
Hidup ini adalah perjalanan menuju mati, kapan, dimana, dan bagaimana kita menemuinya tak ada yang mengetahuinya kecuali Sang Pemilik Waktu. Pernahkah kita renungkan, apa yang sedang dilakukan saat berada di batas akhir waktu kita? Adakah keinginan untuk menemui penghujung hidup dalam ketaatan dan kemuliaan, atau sebaliknya berakhir dalam kesesatan dan kehinaan? Akhir kisah orang-orang disekitar kita cukup menjadi hikmah bagaimana kematian bisa datang kapanpun dan dimanapun, jangan sampai ketika penghujung hidup itu tiba kita sedang terbuai dalam kesesatan, lalai, dan ingkar. Jadikanlah pelajaran ketika kita saksikan hidup orang-orang yang berakhir dalam keburukan tersebut, ketika menegak barang-barang haram, ketika berzina, ketika merampok, dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Semoga kita terhindar dari su’ul khatimah. Berdoalah agar kita bisa mengikuti hamba-hamba yang mengakhiri kehidupannya dalam ketaatan dan kemuliaan, dalam shalat, dalam sujud, dalam perjalanan mencari ilmu, dalam perjalanan mencari nafkah, dalam peperangan melawan kebiadaban, dalam perjalanan ibadah kita.
Ya Allah, jadikan umur terbaik hamba dipnghujungnya, jadikan amal terbaik hamba di penutupnya, jadikan hari-hari terbaik hamba saat bertemu dengan-Mu, ammin.
Hidup ini adalah perjalanan menuju mati, karena setiap yang hidup (bernyawa) akan menemuinya. Waktu kita tak lagi panjang, maka bersegeralah…

QS. Al Ankabuut 57. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
4. An Nissa : 78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar