Rumah Sehat Al-Fatih

Sabtu, 07 Mei 2011

Tuhan memang Satu

Tuhan  memang Satu..
Kita yang tak sama...
Suatu hari salah satu kerabat berkunjung ke rumah untuk menjenguk putra pertamaku. Beliau adalah kakak nenek yang berarti nenekku juga, walaupun kami tidak dekat tapi aku mengenalnya sejak kecil. Sambil menggendong putraku, beliau berdoa
 sesuai dengan keyakinannya dengan bahasa dan redaksinya sendiri. Sambil menikmati roti kami pun berbincang-bincang.
“Nenek harap perbedaan agama tidak memutuskan silaturahmi bahkan kekeluargaan kita,” ucap nenek yang selalu berbicara tanpa basa-basi. Aku pun tersenyum sambil menganggukkan kepala, aku tak bisa banyak berkata karena pendengaran nenek sudah tidak tajam lagi, sehingga jika berbicara harus bersuara lebih keras. Menurutku lebih baik menggunakan bahasa tubuh agar lebih santun dan mudah dimengerti.
“Pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan pada umatnya, menyuruh untuk menyembah hanya kepada satu Tuhan, menyeru manusia untuk saling mengasihi, saling menolong, dan melarang berbuat tidak baik, mengambil hak oramg lain, memfitnah, mebunuh...” lanjutnya sambil mengutarakan isi ayat yang terdapat dalam kitabnya. Kembali aku hanya tersenyum sambil mendengarkan kisahnya,
“...walaupun berbeda agama, nenek harap tidak menghalangi kamu untuk berbuat baik kepada nenek seperti halnya kepada orang lain yang agamanya sama. Jangan sampai seperti anak nenek yang tidak mau mengakui nenek sebagai orang tua dan memutuskan hubungan keluarga karena berbeda agama. Beberapa tetanggapun seolah tidak menyukai nenek karena berbeda agama bahkan salah satunya mengatakan ‘haram’ melewati rumah nenek..” kisahnya, aku hanya terdiam  berfikir betapa kasihan nenek dan betapa kejamnya dunia. Begitu teganya seorang anak mencampakan ibunya karena berbeda agama, begitu teganya seseorang mengabaikan perasaan orang lain, begitu teganya seseorang mengambil hak orang lain dan membenarkan perbuatan buruknya terhadap orang lain karena perbedaan agama. Bukankah sebagai seorang muslim seharusnya lebih memahami bagaimana berhubungan dengan sesama manusia, pentingnya menjaga silaturahmi, menghormati dan menjaga hak orang lain sekalipun berbeda keyakinan.
Sang suri teladan Rasulullah Saw telah memberikan contoh bagaimana bersikap terhadap kaum yang belum menganut ajaran Islam, beliau menganjurkan seorang anak untuk tetap berbuat baik kepada orang tuanya sekalipun berbeda keyakinan. Rasulullah Saw menjamin keamanan orang-orang kafir yang tidak mengganggu Islam dan menghormati hak miliknya, bahkan dalam peperangan sekalipun beliau menghormati kesempatan orang-orang kafir untuk bisa meyakini ajaran Islam.
Qs.Al Ankabut  29: 8. Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Qs. Al Mumtahanah 60: 8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Qs.Al Kafirun 109: 6. “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Islam adalah agama yang paling sempurna, ajaran yang mengajak kepada keselamatan dunia dan akhirat. Bukan hanya menjadi penunjuk jalan selamat bagi pemeluknya tapi juga mengajarkan setiap muslim untukmenjadi penunjuk jalan keselamatan untuk orang lain. Betapa indahnya Islam, penuh dengan kasih sayang dalam menjunjung nilai-nilai kebenaran.
Dari perbincangan dengan nenek, banyak hal yang sering menjadi fokus pemikiran beberapa orang untuk berusaha mempersatukan keyakinan. Aku teringat perkataan salah satu kawan yang berbeda agama “....sebenarnya Tuhan kita itu sama, karena Tuhan itu Satu...”, secara harfiah hal itu memang benar karena yang telah menciptakan seluruh alam semesta beserta segala isinya adalah Tuhan Yang Maha Esa, namun pada dasarnya berbedanya aqidah setiap individu menyebabkan perbedaan prinsip dan hukum-hukum yang mengatur setiap aspek kehidupan individu tersebut. Tidak mungkin Tuhan yang sama memberikan aturan yang berbeda kepada umatnya, tidak pula suatu kaum mengikuti suatu ajaran sementara tidak mengakui penyebar risalah yang menjadi utusan-Nya. Walaupun ada kesamaan pada setiap agama untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan, namun ada aturan dan unsur ketauhidan yang berbeda. Inilah dasar aqidah yang menjadi keyakinan dan prinsip hidup seseorang.
Qs.Al Baqarah 2: 21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
Qs.Al baqarah 2: 139. Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,
Qs.AlBaqarah 2: 208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu
Memang Islam mengajarkan pemeluknya untuk berbuat baik terhadap sesama, termasuk yang berbeda keyakinan. Saling menghormati, menghargai, dan menjaga hak milik orang lain, tolong menolong dalam kebaikan. Namun tidak dalam aqidah, setiap muslim wajib menjaga dan mempertahankan kemurnian aqidahnya agar berada dalam keridhoan-Nya. Jadi... Tuhan memang satu, tapi kita yang tak sama... tergantung bagaimana kita bisa membuka hati kita agar cahaya kebenaran bisa masuk dan menerangi jalan hidup kita. Yakinlah Islam akan membawa kita kepada keselamatan dunia akhirat...
Qs.An Nur 24: 35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Islam itu indah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar